Manusia dengan segala aspek kehidupan yang
dilakukannya memang selalu menarik untuk dijadikan objek pemotretan.
Kemenarikan tersebut bisa muncul, karena dipicu oleh kegiatannya yang
terasa menyentuh. Baik itu aktivitas dalam suatu adat budaya suatu masyarakat
tertentu maupun aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
[Foto: Novriyadi]Biasanya para fotografer ketika hendak memotret
human interest manusia dan aktivitasnya, kebanyakan pemotret menggunakan teknik
candid atau cara memotret yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi sehingga
objek tidak tahu jika dirinya sedang dipotret. Hal tersebut karena alasan untuk
menghasilkan foto yang tampak baik dan menarik, spontan dan wajar.
Bagi fotografer yang terbiasa mengamati masalah-masalah sosial,
maka objek yang berlatar belakang aktifitas manusia ini akan menjadi sebuah
karya foto yang begitu menarik untuk dilihat dan tentunya tidak akan sulit
untuk dilakukan.
Nah, foto yang menjadikan manusia sebagai objek pemotretan ini
biasanya disebut sebagai foto human interest. Namun masalahnya, memotret humant
interest ini terkadang tidak semudah yang kita bayangkan. Banyak
kendala-kendala di lapangan yang harus kita lalui ketika kita memotret
obyeknya, contohnya ketika kita hendak mengambil gambar tiba-tiba si objek yang
bersangkutan sadar kamera, sehingga hasil gambar yang kita dapat terkesan tidak
tampak alami.
Untuk Anda yang ingin memotret hument interest mungkin beberapa
tips di bawah ini dapat bermanfaat bagi Anda:
1. Siapkan lensa tele
Siapa sih, yang tak butuh berita? Sudut pemotretan tukang ojeg
sepeda di kawasan Kota Bios ini akan menjadi lebih dramatis apabila sudut
pengambilan agak sedikit lebih ke bawah sehingga menghasilkan obyek sepeda
ontel tua yang tegar dari masa lalu
Untuk itu, ada baiknya Anda menyiapkan lensa tele 80-200 mm atau
70-300 mm yang bisa dijadikan pilihan yang menarik untuk bisa digunakan saat
kita hunting foto human interest. Akan tetapi bila memungkinkan menggunakan lebih
dari satu buah kamera dengan tambahan lensa 28-85 mm, akan lebih baik. Sehingga
dari hampir semua jarak dalam pemotretan, baik itu dekat, sedang dan jauh,
dapat tercover semua bila diperlukan.
2. Lakukan pendekatan dengan objek foto.
Bagi Anda yang tidak membawa atau memiliki lensa tele, mungkin
ada baiknya kita bisa melakukan pendekatan langsung dengan objek foto. Dengan
melakukan pendekatan kepada objek, tentunya akan terasa lebih etis dan kita pun
bisa lebih leluasa untuk mengatur pose, ataupun pencahayaannya.
Cuma masalahnya, kelemahan dalam pendekatan ini foto yang
dihasilkan akan terlihat kaku atau kurang dramatis. Nah untuk itu, si
fotografer harus benar-benar piawai mengatasi keadaan, sehingga objek yang akan
di foto seolah betul-betul tidak sedang berhadapan dengan kamera.
Biasanya untuk memotret human interest, menggunakan ISO 100
sudah cukup memadai untuk menangkap aktivitas kegiatan manusia baik pagi, siang
hingga sore hari di luar ruangan. Akan tetapi bila aktivitas manusia itu sangat
berhubungan erat dengan gerak yang cepat, maka diperlukan ISO yang tinggi
misalnya ISO 400. Tujuannya tak lain agar gambar atau peristiwanya dapat
terekam dengan baik dan tidak goyang.
4. Gunakan angle (sudut pengambilan foto) yang terbaik
Pengambilan obyek dengan sudut diagonal seperti foto ini memang
sangat menakjubkan apabila kita bisa memperhatikan pencahayaan yang sempurna
yang masuk ke dalam lewat sela-sela tiang. lokasi foto di Masjid Istiqlal,
Jakarta [Foto: Novriyadi]
Ketika hendak memotret, gunakan sudut pandang atau sudut
pengambilan foto yang tepat dan baik guna menghasilkan sebuah foto yang enak
untuk dipandang. Janganlah terburu-buru ketika menekan tombol shutter, karena
dengan terburu nafsu untuk “menjepret” mungkin Anda akan melupan angle foto
yang baik untuk memotret.
0 komentar:
Posting Komentar